Cerita Dibalik Gerakan Kemanusiaan Untuk Palestina
Oleh : Herti Tri, Nur Shaerah, Regina F
Sumber internet
Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik terpanjang dan paling rumit di dunia, yang telah berlangsung sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Di tengah konflik ini, agresi militer Israel terhadap penduduk Palestina kerap terjadi dan menciptakan perpecahan pendapat di seluruh dunia. Artikel ini akan membahas sedikit mengenai latar belakang konflik ini, beserta dampak agresi militer Israel terhadap masyarakat Palestina.
Untuk memahami konflik ini, sangat penting untuk mengetahui sejarahnya. Pada akhir Perang Dunia II, intervensi Inggris dan PBB memecah wilayah Palestina menjadi dua negara, yaitu Israel dan Palestina. Namun, pembagian ini disertai dengan penolakan dari banyak pihak, terutama negara-negara Arab dan penduduk Palestina. Sejak itu, konflik antara Israel dan Palestina terjadi di wilayah tersebut. Perang 1967 menjadi salah satu puncak konflik ini, di mana Israel berhasil menguasai wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza. Berbagai perjanjian damai seperti Perjanjian Oslo (1993) telah dicoba untuk mengakhiri konflik, tetapi hingga saat ini, ketegangan antara kedua belah pihak masih terjalin.
Konflik penyerangan atau agresi militer Israel terhadap penduduk Palestina masih terus memanas. Sejak 7 Oktober 2023 serangan dari Israel ke Palestina masih terus terjadi hingga saat ini. Korban jiwa dan luka-luka masih terus bertambah, terutama di jalur Gaza. Rumah dan fasilitas umum termasuk rumah sakit tidak luput dari penyerangan zionis Israel. Langit Gaza terus bersinar kemerahan dan mengepul, karena ledakan bom dari Zionis yang tiada henti. Tidak kurang dari 11.240 jiwa warga Palestina telah mati syahid. Di dalamnya termasuk perempuan dan anak-anak dengan 29.000 jiwa mengalami luka-luka. Yang menyedihkannya 70% korban ialah anak-anak tak berdosa, para perempuan dan lansia yang tak berdaya. Anak-anak dan perempuan terus menjadi sasaran bom Zionis agar tak ada lagi penerus di Palestina. Baca Juga: Bela Palestina Melalui Pemboikotan Produk Pro Israel
Fakta menunjukkan bahwa militer penjajah tidak hanya menghancurkan rumah sakit, tempat ibadat serta pengungsian. Namun militer penjajah Israel juga menargetkan jurnalis, tenaga medis, dan aktivis kemanusiaan. Kondisi kemanusian di Gaza telah memasuki titik paling kritis sepanjang sejarah dimana tidak ada lagi rumah sakit yang benar-benar normal serta hanya tersisa sedikit dari ambulans yang masih beroperasi.
Kemudian timbul sebuah polemik terkait keberpihakan sejumlah negara-negara terhadap Palestina. Negara-negara muslim menjadi salah satu yang terkena polemik tersebut. Dunia mengira dukungan atas gerakan kemanusiaan terhadap Palestina sekedar dilatarbelakangi empati sesama umat muslim. Namun perlu di ingat dan tegaskan, keberpihakan kepada Palestina bukan dikarenakan latar belakang agama, khususnya bagi negara Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia dan Palestina memang muslim, tetapi bukan itu yang menjadi landasan utama dukungan kepada Palestina. Membela rakyat Palestina, karena sentimen agama tertentu jelas salah karena ada banyak agama di sana dan semuanya bersatu melawan Israel. Ini bukan lagi tentang agama melainkan kepedulian kita semua sebagai manusia terhadap penderitaan rakyat Palestina. Bersama mendukung perjuangan rakyat Palestina ialah keharusan, karena membela mereka berarti membela kemanusiaan.
Berbagai gerakan kemanusiaan dilakukan untuk Palestina. Indonesia menjadi salah satu negara yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Dukungan ini salah satunya disampaikan dengan berkumpul di Monumen Nasional (Monas) dan membawa pernak-pernik yang melambangkan bendera negara Palestina. Selain itu, masyarakat Indonesia juga memberi dukungan kuat terhadap Palestina melalui pemboikotan terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan zionis Israel. Pemboikotan ini sudah mulai menyebar di beberapa daerah yang kerap didapati produk-produk yang mendukung dan berkaitan dengan Israel. Produk tersebut berupa brand fast food, makanan dan minuman ringan, produk rumah tangga seperti shampo, sabun, serta pasta gigi, dan bahkan produk kecantikan juga tidak luput dari pemboikotan. Penggalangan dana juga terus dilakukan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Semuanya dimaksudkan untuk disalurkan kepada rakyat Palestina sehingga membantu pembiayaan terkait pangan maupun penyembuhan korban yang terdampak perang.
Komentar
Posting Komentar